Inilah Cara Budidaya Tanaman Jahe dan Beberapa Jenis Varietas Jahe

Jahe merupakan kerabat empon-emponan yang paling banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan orang. Kegunaan dan khasiatnya yang amat beragam membuat jahe selalu dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Tanaman jahe merupakan herba yang tumbuh. Batangnya yang merupakan batang semu yang tersusun dari helaian daun, berbentuk ramping, bulat, dan agak lunak. Jahe tumbuh tegak dan merumpun. Daunnya berbentuk langsing membulat dengan ujung melancip, warna hijau tua dengan pertulangan daun berwarna lebih muda yang terlihat jelas dengan pertumbuhan yang menyirip berseling. Bunga keluar dari permukaan tanah, yakni muncul dari rimpang samping bila tanaman sudah cukup dewasa, tinggi bunga biasanya hanya seperempat dari tinggi tanaman, tandan bunga terdiri dari kumpulan bunga-bunga kecil berbentuk kerucut, warna bunga putih kekuningan. Akar berbentuk rimpang, berbau harum dan pedas. Rimpang jahe bercabang rapat, panjang membulat berbentuk bulat agak pendek, kulit luar rimpang berwarna coklat kotor. Jika rimpang dibelah, tampak daging rimpang berwarna kuning, beraroma khas jahe yang tajam dan agak pedas. 


Sifat menguntungkan tanaman jahe adalah dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, karena mudah menyesuaikan diri. Namun, untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi jahe secara optimal, tentu saja perlu diperhatikan persyaratan agroklimatnya. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih, tanaman jahe selalu membutuhkan sinar matahari. Masa itu disebut fase pertumbuhan membentuk rumpun. Tanaman jahe baik ditanam dilahan yang terbuka, sehingga sinar matahari bisa masuk. Akan tetapi jika ditanam di tempat yang ternaungi daunnya menjadi besar namun rimpang yang didapatkan kecil-kecil. Akan tetapi, untuk pertumbuhan optimal, tanaman jahe menghendaki 7-9 bulan basah sebelum stadia mengering (senescence) rumpunnya.

Jahe tumbuh baik dari dataran rendah sampai ketinggian tempat 900 m dpl, tetapi akan berproduksi secara optimal pada ketinggian tempat 400-800 m dpl. Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2.500-3.000 mm per tahun, kelembaban 80% dan tanah lembab dengan pH 5,5-7,0 dan unsur hara tinggi. Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak bahan organik (humus). Sehubungan dengan halter sebut, sekaligus untuk meningkatkan nilai tambah daria groforesty, maka penanaman jahe di lahan marginal dinilai tepat. Pengembangan tanaman jahe biasanya pada tanah-tanah latosol merah coklat atau andasol. Syarat lain, jahe tidak menyukai tanah yang drainasenya menggenang. Tanaman ini kurang baikdan tidak cocok ditanam pada tanah rawa dan tanah berat yang banyak mengandung fraksi liat maupun pada tanah yang didominasi oleh pasir kasar.

Budidaya Jahe
Pembibitan
Pada umumnya, jahe di perbanyak secara vegetatif dengan potongan-potongan rimpangnya. Namun, pemilihan bibit tidak boleh gegabah. Kriteria bibit jahe yang baik adalah yang diambil langsung dari kebun, bukan jahe konsumsi yang biasa diperoleh di pasar, diambil dari tanaman yang sehat dan berumur 12 bulan, memiliki berat 100-250 g per rimpang. Rimpang tersebut dapat dipotong-potong dan masing-masing potongan sedikitnya memiliki mata tunas, Panjang 3-7 cm dan beratnya 25-80 g per potong. 

Bobot benih untuk jahe putih kecil dan jahe merah sekitar 20-40 g/rimpang, sedangkan jahe putih gajah sekitar 40-60 g/rimpang. Makin besar ukuran bibit akan diperoleh pertumbuhan yang makin baik dan hasil makin tinggi. Bibit siap di tanam diareal tanam bila tiap bibit minimal telah tumbuh satu mata tunas. Benih sebaiknya ditunaskan terlebih dahulu dipersemaian yang terdiri dari rak–rak bambu atau hamparan selebar 10–20 cm, kemudian ditutup jerami dan disimpan ditempat yang lembab. Pembibitan rimpang jahe bertujuan untuk menyeragamkan pertumbuhan bibit dan melakukan seleksi bibit yang tumbuh sempurna.

Pengolahan tanah
Penyiapan lahan bagi tanaman jahe meliputi aktivitas pengolahan tanahdan pembuatan bedengan ataupun denganpenggunaan polibeg. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, mempercepat pelapukan, memberantas gulma, membalik dan mempertebal lapisan tanah atas/topsoil.

Jahe merupakan tanaman monokotil berakar serabut yang tumbuhnya tidak begitu dalam. Ini sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa pengolahan tanah yang terlalu dalam tidak memberikan pengaruh yang nyata dibanding dengan pengolahan berkedalaman secukupnya. Tanaman hanya akan menyerap unsur hara pada kedalaman tertentu sesuai dengan sistem perakarannya.

Penanaman
Rimpang yang digunakan adalah rimpang yang sudah cukup tua dan memiliki paling sedikit 2–3 mata tunas. Jahe yang berukuran kecil seperti jahe merah dan jahe kecil ditanam dengan jarak yang lebih rapat yakni 25 x 40 cm. Sementara jahe besar, seperti jahe gajah ditanam dengan jarak 30 x 60 cm.


Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman jahe pada dasarnya meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan dan pemupukan. Penyulaman paling baik dilakukan seawal mungkin atau maksimal 15 hari setelah tanam, agar tanaman cepat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan tingkat pertumbuhan hasil sulaman relatif seragam. 

Penyiangan pertama biasanya dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu, kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali tergantung pada kondisi gulma yang tumbuh. Pembumbunan bertujuan untuk menimbun rimpang jahe yang muncul ke atas permukaan, pertama kali dilakukan pada waktu tanaman jahe membentuk rimpang yang terdiri atas 3-4 batang semu. Pemupukan untuk tanaman jahe dengan kisaran dosis antara 400-800 kg urea, 150-400 kg TSP, dan 200-600 kg KCl per hektar.

Panen
Tanaman jahe dipanen muda yang sudah berumur 3,5-4 bulan setelah tanam. Sedangkan, tanaman jahe yang dipanen tua berumur 8-12 bulan setelah tanaman yang ditandai dengan layu atau matinya batang semu, daun-daun yang sudah menguning dan rimpangnya berukuran maksimal dan beranak banyak.

Varietas Jahe 
Berdasarkan bentuk, ukuran dan warna rimpangnya dikenal tiga varietas jahe, yaitu jahe merah (jahe sunti) jahe putih besar (jahe gajah) dan jahe putih kecil (emprit) yaitu sebagai berikut:

Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.)
Diantara ketiga varietas jahe yang paling banyak digunakan untuk pengobatan adalah jahe merah karena kadar minyak atsirinya tinggi dan lebih pedas. Jahe jenis ini sangat cocok untuk bahan dasarfarmasi dan jamu yang memiliki ukuran paling kecil. Rimpang jahe merah berwarna merah hingga jingga muda. Seratnya kasar, aromanya tajam,dan rasanya sangat pedas. Kandungan minyak atsirinya 2,58-2,72%. 

Jahe merah diperkirakan dari India. Dari India, dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, sampai Timur Tengah. Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi komoditas yang popular di Eropa. Oleh karena jahe hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis, penanamannya hanya didaerah katulistiwa seperti Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika. Saat ini Ekuator dan Brasil menjadi pemasok jahe terbesar di dunia. 

Jahe Gajah (Zingiber officinalevar. Officinale)
Jahe gajah atau badak memiliki rimpang yang besar dan gemuk. Jahe jenis ini biasa dikonsumsi baik berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar atau jahe olahan. Jahe ini merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional yang memiliki daging rimpang berwarna kuning hingga putih. Serat jahe jenis ini sedikit dan lembut. Aromanya kurang tajam dan rasanya kurang pedas. Mengandung minyak atsiri 0,82-1,68%. Dewasa ini jahe gajah banyak dibuat asinan atau disebut salted ginger yang sangat disukai masyarakat Jepang.

Jahe Putih Kecil (Zingiber officinalevar. Rubrum) 
Jahe putih kecil atau juga disebut jahe emprit biasanya dipanen saat tua dikarenakan pada saat umur tua kandungan minyak atsiri dan seratnya tinggi cocok untuk ramuan obat-obatan. Dalam pengobatan keluarga, digunakan untuk mengobati masuk angin, kurang nafsu makan, batuk kering,muntah-muntah, kolera, peluruh keringat dan peluruh haid. Jahe ini memiliki rimpang yang kecil yang berwarna putih kekuningan dan seratnya kasar. Rimpang jahe putih mengandung minyak asiri, pati resin, asam-asam organik, asam malat, asam oksalat dan gingeron. Jahe jenis ini merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan, terutama konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam. Memiliki kandungan minyak atsirinya 1,5-3,3%.


Demikian ullasan singkat mengenai cara budidaya tanaman jade dan beberapa jenis varietas jahe. Dimuat berdasarkan tulisan karya ilmiah yang dimuat pada "http://repository.uin-suska.ac.id/5768/3/BAB%20II%20TINJAUAN% 20PUSTAKA.pdf". Gambar di muat dari hasil penelusuran google gambar dengan kata pencarian "budidaya tanaman jahe, metode menanam jahe, tanaman jahe segar, jensi jenis tanaman jahe". Sekian, semoga bisa menjadi referensi bacaan yang bermanfaat! Terimakkasih.