Karakteristik Morfologi dan Syarat Tumbuh Pohon Karet (Hevea Brasiliensis) Tanaman Industri Penghasil Getah

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Beberapa pohon karet ada kecondongan arah tumbuh agak miring. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan naman lateks.
 
 
Pohon karet juga merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya Brasil. Sebelum dipopulerkan sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara besar-besaran, penduduk asli Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis tanaman penghasil getah. Karet masuk ke Indonesia pada tahun 1864, mula-mula karet ditanam di kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Dari tanaman koleksi karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersial. 
 
Tanaman pohon karet menjadi salah satu jenis tanaman HTI (Hasil Tanaman Industri) yang cukup banyak ditanam dan berhasil dikembangkan khususnya dalam dunia industri. Di Indonesia, karet merupakan satu dari sepuluh komoditi strategis agro industri. Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg) adalah tanaman getah-getahan. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terluka. 
 
Klasifikasi Tanaman Pohon Karet :
 
Kingdom : Plantae 
Sub kingdom : Tracheobionta 
Super Divisi : Spermatophyta 
Divisi : Magnoliophyta 
Kelas : Magnoliopsida 
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis  
 
Morfologi tanaman karet
Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecious). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk, terdapat bunga betina dan bunga jantan. Pembungaan pada tanaman karet dimulai setelah selesai masa gugur daun. Bunga karet yang terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda bunga berkisar 4-8 mm. Bunga betina berambut vilt dan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan bunga jantan. Bunga betina mengandung bakal buah yang beruang tiga. Bunga jantan memiliki 10 benang sari yang tersusun menjadi satu tiang. Walaupun demikian penyerbukan dapat terjadi secara sendiri maupun secara silang. 
 
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang membentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Setiap pecahan akan tumbuh menjadi individu baru jika jatuh ketempat yang tepat. Proses pemasakan buah berlangsung selama 5½-6 bulan. Musim panen biji berlangsung pendek. Hanya sekitar 1½ bulan. Sedangkan daya kecambah bij sangat cepat berkurang, terutama bila penanganannya kurang baik. Berdasarkan proses pembuahannya, dikenal tiga golongan biji pada karet yaitu biji legitim, prope legitim dan ilegitim. 
 
Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Dibeberapa kebun karet terdapat kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring ke arah utara. Dibatang inilah terkandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Sebagai tanaman berbiji belah akar pohon karet berupa akar tunggang yang mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi keatas. Dengan akar yang seperti itu pohon karet bisa berdiri kokoh meskipun tingginya mencapai 25 meter. 
 
Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai utama 3-20 cm, sedangkan panjang tangkai anak daun antara 3-10 cm. Anak daun berbentuk memanjang elips, memanjang dengan ujung runcing. Dalam pertumbuhan karet diketahui bahwa menjelang berakhirnya musim hujan, pohon karet mulai menggugurkan daunnya. Daun karet ini berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun-daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan, tetapi masa gugur daun pada tanaman tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan. Masa gugur daun dipengaruhi oleh jenis klon dan keadaan iklim setempat. 
 
Lateks sewaktu keluar dari latisifer masih dalam keadaan steril. Lateks Hevea brasiliensis merupakan getah/cairan sel yang berbentuk suspensi yang terdiri dari partikel-partikel karet dan non karet seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, karotenoid, dan lain-lain. Adanya beberapa protein spesifik yang terdapat di dalam lateks, yang diduga memiliki peranan penting dalam proses aliran lateks. 
 
Lateks terdapat pada suatu rongga dan sel sejenis yang bergabung yang dikenal sebagai latisifer. Latisifer biasanya memiliki struktur berongga dengan cabang ataupun tidak. Pada beberapa spesies, latisifer yang sangat kompleks dihubungkan oleh anastomosis antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan ontogeninya, latisifer dapat dibedakan menjadi tipe articulatedi dan non-articulated yang kebanyakan orang menyebutnya sebagai pembuluh. 
 
Fisiologi Lateks
Hevea brasiliensis Muell Arg. merupakan tanaman tropik yang memproduksi karet alami dengan rumus kimia cis-1,4-polyisoprene. Hampir 2000 spesies tanaman memproduksi lateks, tetapi hanya Hevea brasiliensis yang digunakan dibeberapa daerah karena memiliki produktivitas yang tinggi dan kualitas karet yang baik. Berat molekul karet yang dihasilkan Hevea brasiliensis telah diketahui. 
 
 
Karet alami yang dihasilkan Hevea brasiliensis menarik perhatian tinggi sebagai industri polimer yang sangat bermanfaat karena tidak ada komponen fisik buatan yang dapat menggantikannya. Partikel karet merupakan suatu komponen koloidal yang terdapat dalam lateks. Di dalam lateks, karet mengisi sekitar 30-45% dari keseluruhan komposisi. Partikel karet memiliki ukuran yang sangat bervariasi, dari mulai 0,02 sampai 3 μm dengan distribusi maksimum 0,1 μm.
 
Lateks adalah hasil fotosintesis dalam bentuk sukrosa yang ditranslokasikan dari daun melalui pembuluh tapis kedalam latisifer. Didalam latisifer terdapat enzim seperti invertase yang akan mengatur proses perombakan sukrosa untuk dapat membentuk karet. Lateks terdiri dari komponen karet dan bukan karet yang mana memiliki komposisi berbeda pada masing-masing pohon. Komposisi lateks tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang paling berperan adalah faktor lingkungan dan faktor genetik.
 
Penurunan kondisi fisiologis tanaman karet dapat diketahui dengan mengamati kadar karet kering lateks dan diagnosis lateks. Bila terjadi cekaman eksploitasi yang berat, maka kadar karet kering lateks akan menurun secara drastis. Kadar sukrosa lateks berkaitan erat dengan penerapan eksploitasi terhadap tanaman karet karena hasil fotosintesis yang ditranslokasikan kebagian tanaman yang lain dalam bentuk sukrosa. Fosfat anorganik merupakan indikator aktifitas metabolik yang menggambarkan kemampuan tanaman karet untuk mengubah sukrosa menjadi partikel karet didalam lateks.
 
Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Daerah yang cocok adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU, dengan suhu harian 25–30ºC. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.000-2.500 mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5-7 jam/hari. 
 
 
Suhu harian yang dinginkan tanaman karet rata-rata 15-30ºC. Apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20ºC, maka tanaman karet tidak cocok ditanam didaerah tersebut. Intensitas sinar matahari adalah hal amat dibutuhkan tanaman karet. Bila terjadi penyimpangan terhadap faktor ini, maka mengakibatkan turunnya produktivitas. Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. 
 
Lahan untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih memperhatikan sifat fisik dibandingkan dengan sifat kimianya. Berbagai jenis tanah dapat kita sesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman karet, baik tanah vulkanis muda dan tua maupun pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik, terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya. Namun, secara umum sifat kimianya kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisiknya, terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tahan berkisar antara pH 3,0 –pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
 
Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) saat ini telah menjadi tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali padaumur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain.

Demikian paparan singkat mengenai karakteristik morfologi dan syarat tumbuh Pohon karet (Hevea Brasiliensis) Tanaman Industri Penghasil Getah. Dimuat berdasarkan sumber dari :
digilib.unila.ac.id/3626/14/BAB II.pdf
http://eprints.polsri.ac.id/3163/3/FILE%203.pdf
http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4033/3/BAB%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/48845/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
Gambar dimuat berdasarkan penelusuran google gambar dengan kata pencariran "pohon karet, tanaman karet, tanaman penghasil lateks, tanaman getah industri, perkebunan karet, pengelolaan pohon getah lateks". Sekian, semoga dapat menjadi referensi bacaan yang bermanfaat! Terimakasih.